Perawatan Produk Kerajinan dari Bahan Keras
1. Perawatan Produk Kerajinan Ukir Kayu
Indonesia sangat kaya dengan produk kerajinan dari
bahan kayu, baik dari macam kayu yang digunakan maupun aneka ragam produk
kerajinannya. Berbagai produk kerajinan kayu, baik kayu mentah atau kayu hasil
finishing perlu perawatan yang baik dan tepat. Material kayu mudah menyerap
air, minyak, bahkan debu. Maka furnitur atau aksesori rumah, seperti patung,
pigura, mangkuk hias, dan lain-lain sebaiknya senantiasa mendapat perawatan
rutin. Cara melindungi dan merawat kerajinan kayu bergantung pada kondisinya
apakah kayu yang masih mentah (belum dilapisi) atau kayu yang sudah dilapis
(finishing) untuk merawat kedua kondisi kayu itu tentu beda perlakuan perawatan
kayu bisa memakai bahan pembersih dari pabrik atau bahan tradisional.
2. Perawatan Kerajinan Logam
Logam dengan finishing warna apa pun termasuk yang
mengilap (polish) sebenarnya tidak perlu perawatan yang rumit. Pada dasarnya,
produk kerajinan logam ada yang di tambah finishing coating dan ada yang tidak.
Finishing clear coating ini digunakan untuk menjaga agar warna tidak mudah
berubah dan tahan terhadap cuaca sehingga kerajinan logam cocok untuk digunakan
di luar maupun di dalam ruangan. Kerajinan logam, tembaga, kuningan maupun aluminium yang telah di-finishing
dapat menjaga warna walaupun digunakan sebagai tempat air atau digunakan
bersama detergen.
Perlidungan produk kerajinan logam yang mutlak harus
dilakukan adalah menghindari terkena air garam dan zat asam. Karena jika
unsur-unsur kimia tersebut menempel pada lapisan coating dalam intesitas
yang tinggi dan kontinyu air garam dan zat asam tersebut akan merusak lapisan coating
dan kemudian mengubah warna logam baik itu tembaga maupun kuningan yang
biasanya akan berubah warna ke warna hijau antik (green patina). Tentu
saja ini tidak hanya berlaku kepada logam tetapi juga terhadap semua jenis
barang seperti produk furnitur, kayu, besi, dan plastik. Walaupun demikian,
kerajinan logam tembaga dan kuningan tetap dapat mengambil nilai positif
(antik) dari proses oksidasi alami ini. Tembaga dan kuningan tidak akan rusak
dan hancur, melainkan akan makin menaikkan nilai seni produk. Produk kerajinan
logam (terutama finishing polish) yang tidak menggunakan coating, dapat
menggunakan lansol (batu hijau) atau braso kemudian diselep atau diusap-usap,
maka produk akan mengkilap lagi.
F.
Wirausaha di Bidang Kerajinan
Untuk menjadi wirausahawan profesional, seorang
wirausaha harus memiliki perencanaan usaha yang baik. Adapun aspekaspek perencanaan
usaha produk kerajinan meliputi hal-hal berikut.
1. Aspek Produksi
a.
Produksi
Produksi adalah rangkaian kegiatan
membentuk, mengubah dan menciptakan sesuatu untuk meningkatkan nilai suatu
produk. Dalam melakukan proses produksi, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, seperti berikut.
1) Sifat proses produksi yang terus-menerus atau
berdasarkan jumlah pesanan.
2) Jenis dan mutu produk mempertimbangkan ketahanan
lama tidaknya produk tersebut, mutu, dan sifat permintaan konsumen terhadap
produknya,
3) Jenis produknya (model baru atau model lama),
dengan meneliti terlebih dahulu lokasi, volume produksi, musiman atau sepanjang
masa.
4) Pengendalian proses produksi, menyangkut
perencanaan dan pengawasan proses produksi.
b.
Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan langsung, yaitu bahan yang
membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Bahan baku
adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu
produk. Bahan baku biasanya mudah ditelusuri dalam suatu produk dan harganya
relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pembantu. Misalkan, produk kursi rotan
bahan bakunya rotan. Adapun bahan pembantu dari produk kursi rotan, seperti
paku, lem kayu, dempul, dan lain-lain.
2. Aspek Pemasaran
a. Harga : berapa harga yang
ditetapkan, berapa harga pesaing, perlukah menentukan diskon.
b. Lokasi : tentukan segmen apa
yang dijadikan faktor utama
c. Promosi : pilihlah alat
promosi yang sesuai misalkan selebaran, brosur, poster, media massa, radio,dan
televise .
d. Distribusi : untuk mencapai
konsumen dapat dilakukan dengan cara perorangan, pengecer, agen, grosir atau
pedagang besar.
3. Aspek Keuangan
4. Aspek Organisasi
a. Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja yang digunakan pada dasarnya terdiri
atas tenaga kerja upahan dan tenaga kerja keluarga. Kedua jenis tenaga kerja
ini memiliki
karakteristik masing-masing :
1) Tenaga Kerja Upahan
Tenaga kerja upahan ialah tenaga kerja yang terikat
hubungan kerja dengan perusahaan, di mana masing-masing memiliki hak dan
kewajiban.
2) Tenaga Kerja Keluarga
Tenaga kerja keluarga merupakan tenaga kerja yang
berasal dari lingkungan keluarga yang umumnya dalam melaksanakan pekerjaannya
tidak diupah. Tenaga kerja jenis ini banyak digunakan pada
perusahaan-perusahaan kecil atau perusahaan yang masih berskala usaha rumah
tangga.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sederhana hanya memiliki dua tingkatan,
yaitu pemilik dan pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk atau beberapa
produk lain yang saling berhubungan, biasanya menggunakan struktur organisasi ini.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan struktur organisasi sederhana biasanya
dikelola oleh pemiliknya sendiri yang sekaligus menangani pekerjaan lain yang berhubungan
dengan sebuah produk. Artinya, dalam struktur sederhana, pemilik perusahaan
cenderung mengambil semua keputusan penting secara sendiri, dan terlibat
langsung dalam setiap tahap kegiatan perusahaan.
6. Analisis Break Event Point (BEP) Usaha Produk
Kerajinan
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian
modal atau investasi usaha. Produksi minimal usaha harus menghasilkan atau
menjual produknya agar tidak menderita kerugian. BEP adalah suatu keadaan di
mana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian (titik impas).
BEP merupakan alat analisis untuk mengetahui batas nilai
produksi atau volume produksi suatu usaha untuk mencapai nilai impas. Artinya, usaha
tersebut tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian.
Suatu usaha dikatakan layak jika nilai BEP
produksi lebih besar dari pada jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini dan
BEP harga harus lebih rendah daripada harga
yang berlaku saat ini.
BEP produksi dan harga dapat dihitung dengan rumus berikut:
BEP Produksi = Total Biaya/Harga Penjualan
BEP Harga = Total Biaya/Total Produksi
Jika biaya produksi yang dikeluarkan untuk produk kerajinan
sebesar Rp 1.000.000,00 dan total produksi sebanyak 100 produk, dengan harga
jual produk kerajinan Rp 15.000,00 maka:
BEP Produksi = Rp 1.000.000,00 / Rp 15.000,00
= 66,66 produk
BEP Harga = Rp 1000.000,00 / 100 Produk
= Rp 10.000,00/produk.
http://storycontinueaboutlearning.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Tidak ada komentar:
Write komentar